Opini Tentang #2019GantiPresiden
Bagaimana kabar kalian? Dan bagaimana kabar keyakinan politik kalian? Masih stabil? Atau tergonjang-ganjing karena maraknya isu dan problema di dunia perpolitikan negeri ini?
#2019GantiPresiden
Mungkin kalian juga sudah kenal dengan tagar atau hashtag #2019GantiPresiden yang dibuat baju dan ternyata laku keras di Indonesia.
Yang jadi masalah adalah tagar ‘2019 Ganti Presiden’ ini jadi viral dan masalahnya terkesan lebih serius daripada berton-ton ganja yang siap masuk ke Indonesia. Wow.
Dan para warganet atau netizen yang sangat bijaksana pun ikut memanas-manasi topik ini dengan berpendapat pada berita-berita, meme dan hal-hal lain yang berkaitan dengan #2019GantiPresiden ini.
Salah satu yang bikin saya kesel adalah ketika salah satu media berita Indonesia memposting artikel yang kurang lebih membahas tentang kemiripan sosok Jokowi dan Kepemimpinannya dengan sosok Khalifah Umar Bin Khattab, netizen langsung mengkomentari pedas artikel tersebut.
Dan bisa saya simpulkan bahwa 90% warganet puas menghujat Jokowi di kolom komentar artikel berita tersebut. Waw. Fakta menarik, bukan?
Ngakak saya baca komentar-komentar para warganet yang terhormat kala itu. Respon mereka sangat pedas.
*Kok ngakak? Kamu pasti pro Jokowi, ya? Kamu Jokowers?*
Wo.. wo… Wait a second~
Saya bukan pendukung pak Jokowi. Bukan juga pak Prabowo. Atau para bakal calon presiden 2019 nanti. Saya pemilu kemarin saja golput (nggak nyoblos). Saya masih belum punya hak suara waktu itu.
Saya merasa bangsa Indonesia ini sangat cerdas karena mereka bisa memanfaatkan peluang. Warganet seperti biasa, sukses mem-booming-kan sesuatu, dan para pengusaha memanfaatkan viral-nya tagar #2019GantiPresiden untuk keuntungan mereka.
Walhasil, para pengusaha konveksi, baju, selimut, kaos kaki, semua diuntungkan. Perputaran uang jadi nggak keluar (baca: beli barang impor). Kan bagus~! Sering-sering, deh. Serius. Jadi title warganet yang bersemat di dada kita itu tidak hambur. Tik Tok-lah, MoBa-lah.
Saya nggak mau bahas dari segi politik sama sekali. Jujur saya rabun soal politik. Bahkan partai-partai politik saja yang saya tahu hanya beberapa, PDIP karena Pak Jokowi menang kemarin. Gerindra, karena punya Pak Prabowo. PPP, karena gampang. Apalagi coba? Perindo, karena mars-nya sering saya dengar di tv. Ahh, pokoknya kalau dari segi politik saya nggak ngerti.
Lalu, apa sikap saya terhadap isu tersebut?
Baik, sebagai bagian dari rakyat Indonesia yang cinta damai, saya merasa #2019GantiPresiden itu sebuah bentuk black campaign. Menurut saya. Kenapa? Karena secara tidak langsung gerakan ini merupakan bentuk pencemaran nama baik terhadap pak Joko Widodo.
Saya sendiri tidak ambil pusing untuk perkara ini. Toh, ini tidak berpengaruh pada diri saya secara pribadi. Yang saya lakukan adalah percaya pada pemimpin saya. Udah gitu aja.
Saya mengingat lagi kasus Ahok dulu yang menyinggung ayat suci Al Qur’an. Dari situ saya ingat kalau kriteria pemimpin itu ya dua. Satu dia muslim, dua dia amanah. Ini kriteria pemimpin menurut saya, ya. Jadi, jangan tanya dalilnya apa? Kalau kedua kriteria tersebut terpenuhi, maka sisanya serahkan pada Allah. Gitu, kan?
Yang saya lakukan adalah melakukan yang saya bisa untuk mengejar yang saya mau. Ekonomi Indonesia merosot menurut saya yang salah bukan cuma pemerintahnya, tapi juga rakyatnya. Yuk tambah kreatif lagi, yuk bangun kesadaran untuk mencintai produk lokal, yuk berhenti nuntut pemerintah perbaiki ini itu dan mulai kita dulu yang gerak.
Di awal kepemimpinan pak Jokowi, beliau menggemakan tagline ‘Revolusi Mental’. Nah, itu masalahnya menurut saya. Ada yang salah dengan mental, terutama diri saya sendiri. So, it doesn’t matter who will lead this country, if the mental of the people is poor, the country will be poor no matter how best the leader is.
Oke, sedikit lagi. Menyangkut gerakan #2019GantiPresiden ini, saya ambil secara logis saja. Indonesia itu negara demokrasi dan negara konstitusional. Setiap 5 tahun sekali, selalu ada pemilihan umum untuk menentukan siapa yang layak memimpin negara ini untuk periode 5 tahun mendatang. Jadi, saya menganggap kalau gerakan ini hanyalah reminder kalau 2019 bakal ada Pemilu. Jadi, jangan lupa nyoblos~!
Sudah, nggak usah terlalu concern sama politik. Beresin tugas kita dulu. Yang kuliah beresin kuliahnya. Yang kerja, beresin kerjanya. Coba tanya dulu dalam pada diri pribadi sebelum kita menghujat orang lain, “Kalau saya yang jadi presiden, siap nggak, ya?”
Kalau kawan yang dipilih jadi Presiden, siap atau tidak? Sanggup tidak?
Saya pernah mendengar ini dari Ustadz Hanan Attaki, “kita (manusia) nggak ada yang bisa tahu isi hati manusia, cuma Allah yang tahu. Tugas kita terhadap sesuatu yang ghaib (tidak terlihat) itu cuma satu, khuznudzon.” Dan itulah yang saya pegang sekarang. Satu tahun tersisa kepemimpinan pak Jokowi, saya masih percaya bahwa beliau punya niatan baik untuk membangun dan membawa negeri ini.
Itulah dia sedikit pendapat saya tentang isu yang sedang hangat-hangatnya ini. Saya harap kita bisa berdiskusi santai tanpa saling menyakiti. Cukup Bunga Citra Lestari saja yang kecewa, kita jangan. Keep productive and stay istiqomah. Sampai jumpa di tulisan saya lainnya.
Kita (manusia) nggak ada yang bisa tahu isi hati manusia, cuma Allah yang tahu. Tugas kita terhadap sesuatu yang ghaib (tidak terlihat) itu cuma satu, khuznudzon.Ustadz Hannan Attacki, Lc.
Posting Komentar
Harap berikan komentar yang relevan dengan topik tulisan.
Jangan menyertakan link yang tidak berhubungan dengan konten tulisan. Apabila komentar mengandung link (apalagi yang tidak relevan), maka komentar akan dihapus.
Budayakan sopan santun, hindari penggunaan bahasa yang provokatif, SARA, pornografi.
Kritik dan saran yang membangun untuk konten ataupun untuk blog sangat berarti bagi kemajuan blog ini.