Saudari, Tahan Hasrat-mu berselfie, Please~!
Daftar Isi
Terkadang saya kecewa terhadap diri saya sendiri. Setelah memasuki usia 20-an, hasrat saya terhadap lawan jenis semakin tidak karuan.
Dulu, dulu sekali, setiap kali saya membuka media sosial, tak pernah sedikit pun terlintas di kepala saya untuk kepo-in seseorang, apalagi perempuan.
Sekarang, setiap kali saya buka Line, WhatsApp, Facebook atau Instagram dan saya melihat ada akun dengan foto lawan jenis yang, sorry to say, ‘menarik’, tangan saya secara sadar atau tidak sadar langsung membuka profil akun pemilik foto tersebut.
Saya jadi makhluk yang ‘kepo’.
Dan saya sangat yakin kalau apa yang sering saya lakukan belakangan ini menuntun ke jalan yang sering ustadz-ustadz sebut dengan maksiat. Itu adalah yang paling saya takutkan. Pernah sekali saya mendengar ayat Al-Qur’an yang artinya seperti ini:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanyaQS. An Nur: 30-31
Ingin sekali diri ini mengamalkan perintah Allah yang satu ini. Menahan pandangan dan ‘memelihara kemaluan’. Tapi, mungkin karena memang sudah waktunya saya mengenal hal-hal seputar itu, setiap kali mata melihat, tubuh langsung refleks fokus terhadap hal itu.
Ketika sedang asyik-asyiknya scroll timeline, tiba-tiba tangan berhenti di satu posting lawan jenis yang menarik perhatian. Padahal nggak ada niatan untuk berhenti disitu.
Pengen rasanya bilang,
Jangan posting foto-fotomu di media sosial ya,
Tapi apalah daya hati ini masih belum cukup kuat menerima kritikan,
Lah emang elu siapa? Ustadz? Kyai? Aktivis FPI?
Belum juga hati ini siap menerima kenyataan bahwa saya masih ‘doyan’ liat foto-foto lawan jenis di media sosial. Tak ada hukum yang menjadikan kalian (wanita) kriminal kalau mengunggah foto kalian di internet, tapi jelas ada hukum bila kami (pria) berlaku anonoh kepada kalian.
Tak dipungkiri kalau horny-nya lelaki ketika melihat lawan jenisnya bukan menjadi tanggung jawab perempuan. Itu sepenuhnya kesalahan para lelaki. Tapi bukan berarti lelaki sepenuhnya salah. Ada hukum sebab-akibat yang terjadi.
Maka, bantulah kami, khususnya saya, untuk bisa mengamalkan salah satu perintah Ilahi, untuk menjaga pandangan kami dari melihat yang tidak perlu, melihat maksiat.
Persetan dengan gelar ustadz, kyai, ulama, atau petinggi agama lainnya. Ketika di hadapkan dengan PE-REM-PU-AN, maka normalnya birahi mereka akan memuncak. Itu fitrah.
Jadi tolonglah kami, kalau kamu muslim dan belum berhijab, maka berhijablah. Kalau sudah berhijab tapi masih suka selfie, tolonglah jadikan hasil selfie-nya sebagai kenangan, bukan diunggah ke media sosial untuk dijadikan tontonan.
Semoga tulisan ini sampai kepada yang dituju. Terima kasih telah bersedia membaca dan sampai jumpa di tulisan saya lainnya.
Posting Komentar
Harap berikan komentar yang relevan dengan topik tulisan.
Jangan menyertakan link yang tidak berhubungan dengan konten tulisan. Apabila komentar mengandung link (apalagi yang tidak relevan), maka komentar akan dihapus.
Budayakan sopan santun, hindari penggunaan bahasa yang provokatif, SARA, pornografi.
Kritik dan saran yang membangun untuk konten ataupun untuk blog sangat berarti bagi kemajuan blog ini.