Skip to HeaderSkip to PostSkip to Footer

Pemimpin Impian

Daftar Isi

    Jika dikatakan tak ada pemimpin yang sempurna, maka itu benar adanya. Karena sempurna itu sendiri sangatlah relatif. Beda kacamata, beda pula kriteria kesempurnaannya. Tapi tentu setiap orang boleh berangan tentang sosok pemimpin idamannya. Pun begitu dengan saya. Ada secerca harap tentang karakter pemimpin yang saya inginkan di masa depan.

    Saya tak mau mengkomparasi antara pemimpin satu negara dengan pemimpin negara lainnya. Saya rasa itu terlalu jauh di mata. Saya hanya ingin berbicara tentang Indonesia dan orang-orang di dalamnya. Dan mungkin bukan hanya tentang presidennya saja, tapi tentang semua bentuk kepemimpinan yang ada.

    Dari kacamata saya, hampir semua sosok pemimpin yang ada selalu tampil dengan ide dan gagasan yang luar biasa. Membawa rencana matang dan langkah besar yang akan diambil untuk membangun bangsa dan negara. Tapi, ada satu hal yang kurang di setiap pelaksanaannya. Saya ambil contoh tentang ide dan gagasan luar biasa untuk mengatasi masalah kelautan kita. Gagasan tersebut diserahkan untuk dilaksanakan oleh seorang menteri saja. Ini salah, begitu menurut saya.

    Cara kerja seperti ini seolah berkata, pemerintah akan mengusahakan yang terbaik untuk membuat bangsa dan negara adidaya. Seolah ingin menyampaikan biar pemerintah saja yang kerja untuk memfasilitasi rakyatnya. Seolah ingin menunjukkan bahwa pemerintah ini bisa mandiri dengan orang-orang pilihannya. Seolah ingin memberikan kebebasan pada rakyat agar bisa bebas bergerak untuk kepentingan mereka masing-masing saja. Padahal, bukan begitu faktanya.

    Sejak zaman dahulu kala, jauh ketika Indonesia masih bernama Nusantara, rakyat sudah punya rasa cinta pada tanah airnya. Ketika para pemimpin perjuangan meneriakan takbir dan memberi pidato yang membara untuk melawan penjajah Belanda, rakyat seluruhnya siap menyambut takbir dan undangan untuk berjuang bersama. Berjuang memperebutkan kemerdekaan bahkan hingga menjual nyawa. Dan, semangat perjuangan dan cinta tanah air tersebut masih ada dalam dada para pemuda. Hal itu terlihat dari bagaimana para pemuda Indonesia aktif memberikan saran, masukan, kritikan, bahkan cibiran atas performa pemimpinnya baik melalui social media maupun melalui karya-karya.

    Inilah faktor penting yang terlupa. Menurut saya, bukanlah hinaan di dunia maya sebagai bentuk aksi negatif rakyat Indonesia terhadap pemimpinnya melainkan sebuah bentuk pernyataan tak langsung untuk presiden di istana. Libatkan kami dalam membangun negara. Manfaatkan kami baik jiwa dan raga. Jelaskan apa yang harus kami lakukan, untuk apa dan bagaimana melakukannya? Karena sesungguhnya kami siap memberikan waktu, pikiran, dan tenaga, untuk menciptakan Indonesia yang bersahaja. Begitulah kiranya harapan para pemuda.

    Karakter inilah yang sampai sekarang belum ada. Sosok berwibawa yang bisa menggerakkan rakyat untuk turut berjuang demi masa depan cerah Indonesia. Bung Karno adalah contoh yang berhasil menggerakan rakyat untuk merebut kemerdekaan melalui pidato-pidatonya. Bung Tomo adalah contoh yang berhasil menggerakkan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaannya melalui takbirnya. Lalu, siapakah yang kemudian akan berbicara di hadapan dunia, bahwa Indonesia adalah negara adidaya.

    Saya percaya pepatah tua yang berkata bahwa negeri ini adalah negeri yang kaya. Tongkat dan kayu jadi tanaman, bukanlah pepatah tua semata. Itu adalah pesan dari nenek moyang kita, bahwa kita seharusnya bisa berdikari di negeri kita tercinta. Itu merupakan pesan tersirat bahwa seharusnya kita bisa berdiri tanpa topangan Eropa, Amerika ataupun Cina.

    Maka kesimpulan dari seluruh tulisan terkait sosok pemimpin idaman saya adalah ia yang bisa menciptakan program yang bukan hanya dijalankan oleh segelintir orang saja tapi ia yang mampu mempercayakan kemajuan Indonesia pada kurang lebih 250 juta jiwa penduduk asli Indonesia. Ia yang berprinsip dan berintegrasi di hadapan negara-negara adikuasa. Saya rasa saya tak perlu ia yang bisa seribu bahasa, tak pula harus ia bergelar insinyur atau doktor honorer clausa. Pun saya tak butuh ia yang dari keturunan raja. Saya hanya perlu seorang pemimpin, yang siap menggerakkan dan bergerak bersama rakyatnya.

    Anda mungkin menyukai postingan ini
    Komentar

    Posting Komentar

    Harap berikan komentar yang relevan dengan topik tulisan.
    Jangan menyertakan link yang tidak berhubungan dengan konten tulisan. Apabila komentar mengandung link (apalagi yang tidak relevan), maka komentar akan dihapus.
    Budayakan sopan santun, hindari penggunaan bahasa yang provokatif, SARA, pornografi.
    Kritik dan saran yang membangun untuk konten ataupun untuk blog sangat berarti bagi kemajuan blog ini.

    Link Kami
    Histats
    PageSpeed Insight Tested
    Valid AMPHTML
    W3C HTML5 Valid
    W3C CSS Valid
    W3C RSS Feed Valid
    W3C Atom Feed Valid
    SSL Secure
    DMCA.com Protection Status

    Mohon Maaf!

    Karena tingginya potensi pencurian konten melalui metode Printing, ASIBUKA memutuskan untuk menonaktifkan fitur print langsung melalui browser. Jika kamu ingin mengcopy materi dari blog ini, silahkan hubungi pengelola blog melalui kontak yang telah disediakan.